Kamis, 25 Desember 2008

DI BALIK TIRAI OMBAK

      ”Hey, angin !!!
      Dimana janjimu? Kau bilang, kau akan berikan ku seseorang untuk temaniku di sisa hidupku yang tak lama ini. Mana, mana janjimu?” celoteh Rafi kepada angin-angin senja yang meniup desir ombak. Rafi adalah seorang siswa kelas 3 di sebuah SMA yang sedang menikmati liburan sekolahnya dengan pantai yang telah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil, karena ayah Rafi adalah seorang nahkoda di sebuah kapal. Senja itu Rafi seperti yang sering ia dapati dalam tidurnya. Karena matahari telah tak lagi terlihat ia pun pulang.
      Celaka!!! Liburan ini tak lama lagi akan berakhir, tapi dia yang ku tunggu-tunggu tak kunjung datang, jangan-jangan mimpi-mimpiku itu hanyalah bunga tidur seperti yang sering teman-teman katakan, pikirku saat ia terbaring dalam kamarnya yang telah memberikan mimpi-mimpi itu.
      “kota ini sangat membosankan! “,celoteh seorang gadis kepada sahabatnya.
      “Tidak Putri, kamu belum melihat semua hal menarik di kota ini”, jawab Ana Viona, sahabat dari gadis itu yang bernama Putri, seorang mahasiswa semester akhir di sebuah Universitas di Borneo yang melewatkan liburanya di sebuah kota kelahiran Viona, sahabatnya.
      Sore itu pun Rafi ada dipantai itu, ia seperti hari-hari biasanya sedang berdiri menatap ombak-ombak di penghujung jembatan, Putri dan Viona pun menikmati panorama pantai itu di seberang lain dari jembatan itu. Hati Putri merasa sangat gembira karena ia merasakan hembusan-hembusan angin yang membuang kejenuhan-kejenuhan yang dirasakannya. Karena hari telah gelap Putri dan Viona pun pulang begitu pula dengan Rafi sepanjang jalan jembatan Putri tak henti-hentinya memuji pantai itu, ia begitu terpesona. Di penghujung jembatan syal merah jambu yang dikenakan Putri tak dirasakan jatuh dan Rafi menemukannya karena ia tak jauh berjalan di belakang mereka Rafi sempat merasa bingung siap pemilik syal itu. Tetapi ia menyadari saat itu hanya dia, Putri, dan Viona lah yang ada di pantai itu dan ketika Rafi hendak mengembalikan syal itu. Tetapi Putri telah menaiki kendaraannya dan bergerak pulang,. Sehingga Rafi tak sempat untuk mengembalikannya. Syal itu di bawah pulang oleh Rafi dan ia tak henti-hentinya merasakan keharuman syal itu.
       Sesampainya di rumah Rafi membawah syal itu ke kemarnya sambil ia berpikir tentang sang pemilik syal itu. Jangan-jangan pemilik syal ini lah orang yang di gambarkan dalam mimpi-mimpiku, pikirnya. Rafi tampak tak sabar menunggu datangnya hari esok agar ia dapat bertemu dengan pemilik syal itu. Ia tampak tak bisa tidur lelap karena peristiwa itu.
      Sementara Putri sedang kebingungan karena ia baru menyadari syal pemberian almarhumah Ibunya pada hari ulang tahunnya itu hilang. Ia menangis kebingungan dan Viona mencoba menenangkannya. Viona esok ia akan mengajak Putri untuk kepantai itu lagi untuk mencari syalnya. Putri tetap tak bisa tenang karena syal itu sangat berarti baginya, ia terus berharap jika syal ditemukan orang maka orang itu akan mengembalikan nya. Jika tidak ditemukan orang ia berharap syal itu tetap ada di pantai itu.
       Hari yang di tunggu telah tiba. Dengan penuh harapan Putri menuju ke pantai itu, sesampainya disana ia segera mencari syalnya dibantu oleh Viona. Sepanjang jembatan dan sekitarnya telah di telurusuri tetapi syal yang di cari tak juga ditemukan. Putri menangis dengan sangat sedihnya diujung jembatan dan Viona selalu mencoba untuk menenangkannya. Hari telah senja dan Viona mengajak Putri yang masih terisah-isah untuk pulang. Segera mereka menjauh dari ujung jembatan itu menuju ujung tepi dan…. Sosok yang samara terlihat dari kejauhan berdiri diujung tepi dengan syal yang melekat di lehernya. Syal itu berkibar di tiup angin. Putri melihatnya dan ia langsung berlari menghampiri sosok yang memakai syal itu. Ia mendapati bahwa itu adalah syal miliknya ia lansung memintanya. Sosok samar itu memperkenalkan diri sambil memberikan syal itu diikuti perkenalan diri oleh Putri. Rafi dan Putri demikian nama itu hangat terucap. Setelah memberi syal itu Rafi lalu meminta nomor hp Putri tetapi Putri menolak dan Rafi kemudian memaksa Putri dan Putri merasa tak enak hati jika ia tak memberikan. Ia lalu memberikan Rafi No hpnya. Lalu mereka semua pulang dari pantai senja itu. Tetapi siapa sangka ternyata Rafi mengikuti Putri dan Viona untuk mengetahui dimana mereka tinggal dan setelah tahu, Rafi langsung pulang kerumah.
      Sesampainya dirumah Rafi merasa sangat bahagia, ia selalu berpikir, apakah Putri sosok yang di gambarkan di mimpi-mimpiku? Pikirnya.
Ia nampak seperti orang-orang yang sedang jatuh cinta.
       Pagi-pagi sekali Rafi mengirimkan sms ke Putri. Di dalam sms itu Rafi mengatakan, Selamat Pagi putri cantik…keluarlah dan buka pintu rumahmu lalu,… kau akan temukan hatiku disana. Putri yang menerima sms itu langsung keluar karena kemisteriusannya. Tetapi, Putri tak mendapati seorangpun didepan pintu rumah. Ia hanya menemukan sebuah karangan bunga berbentuk hati yang dirangkai dengan kuntum-kuntum mawar merah. Di dekat rangkaian bunga itu terselip satu kertas berisi pesan yang berbunyi, hari ini untuk pertamakalinya aku memberikan hatiku kepada seorang wanita… dan hatiku telah memilihmu menjadi wanita pertama dan terkhir itu.
      Putri bingung dengan semua itu dan terkhir ia membagi kebingungannya kepada Viona yang masih tertidur. Viona yang mendengar cerita itu juga bingung. Tetapi ia berpikir bahwa orang misterius itu adalah Rafi, karena dikota ini tidak ada yang mengetahui nomor hp Putri selain dia. Putri yang belakangan juga berpikir demikian tak mengandalkan orang misterius itu karena ia berpikir, apabila benar Rafi ia tak akan peduli karena Rafi sangat terlihat jelas seorang anak SMA sementara Putri seorang mahasisiwa semester akhir yang telah berusia 25 tahun.
      Sore harinya Rafi pergi kepantai seperti hari biasanya, ia berdiri ditempat yang sama seperti biasanya, ia sesekali menoleh kebelakang untuk melihat Putri, apakah ia akan dating atau tidak. Lama Rafi menunggu Putri sore itu, ia pun mulai merasa jenuh.
      “Hei. Ombak! Mana Putri Cantikku?
     Aku tahu dia yang dikirimkan untuk temPutri di sisa akhir hidupku yang sedikit ini. Tapi mana dia Kenapa tak datang?” Celoteh Rafi dalam jenuhnya.
Hingga senja telah habis Rafi menunggu Putri tetapi Putri tak kunjung datang. Karena hari telah gelap Rafi pulang.
       Malam ini Rafi mengirimkan pesan sms ke hp Putri. Di pesan itu Rafi mengatakan.
     
 “Peri cantik, kenapa kamu tidak kepantai tadi sore?
       Padahal aku telah menuggu kamu peri cantik”

Tetapi Putri yang menerima pesan itu tidak menanggapinya dengan serius dan tak membalasnya. Lalu, Rafi mengirim pesan lagi untuk menanyakan kenapapesan itu tidak dijawab dan lagi-lagi Putri tak menjawabnya.
       Tak lama terdengar suara jetukan pintu dikamar Rafi, dan ternyata itu adalah Ibunya. Ibunya bertanya kepada Rafi namapak merenung dan memegang-megang hpnya seperti menunggu sesuatu Rafi menjawabnya, ia menceritakan kepada Ibunya tentang kejadian-kejadian yang dialaminya akhir-akhir ini, dan Ibunya mengerti bahwa anak satu-satunya yang tak memiliki sisa waktu yang lama dalam hidupnya karena penyakit itu sedang jatuh cinta. Rafi bertanya kepada Ibunya tentang bagaimana dahulu Ayahnya bisa bersama Ibunya? Ibunya bercerita kepada Rafi apa yang ia tanyakan dengan hati yang sedih karena penyakit Rafi bisa mengambil nyawanya kapan saja.
       Ibunya bercerita kepada Rafi tetang perjuagan Ayah dan Ibunya mencari restu dari orang tuanya agar bisa di ijinkan menikah. Karean pada waktu itu ayah Rafi hanya seorang anak buah kapal di sebuah kapal penyeberangan kecil. Hingga Ayahnya berhasil menjadi nahkoda di sebuah kapal besar hingga Ayahnya meninggal saat bertugas. Karena penyakit yang sama yang kini menjerat Rafi. Ibunya tersedih dan Rafi pun tak kuasa menitihkan air matanya mendengar cerita itu.
       Esok harinya Rafi berecana untuk datang kerumah Viona, ia mencari Putri. Tetapi Putri tak mau keluar menemui Rafi. Di hari yang hujan Rafi menunggu hinga Putri keluar dan ia berjanji “tak akan pergi tanpa bertemu Putri” kepada diriya.
Hujan semakin deras dan Rafi tergeletak di depan gerbang rumah tanpa seorang pun tahu. Malam hari saat Putri dan Viona ijin keluar rumah ia melihat seorang yang tergeletak dan entah keduanya kaget, bingung harus melakukan apa. Akhirnya merekan putuskan unutk membawa tubuh Rafi masuk kerumah dan memanggil dokter.
      Tak lama dokter datang dan memeriksa Rafi, ia pun meminta Rafi untuk di bawah kerumah RSU karena suhu badannya panas tinggi.
Sampai di rumah sakit Rafi dimasukan ke dalam ruang ICU, Putri dan Viona menelpon keluarga Rafi. Karena sebelumnya ia sempat mengambil dompet Rafi untuk mencari alamatnya. Tak lama Ibunya dating dengan menangis, mereka mencoba menenangkannya. Setelah beberapa menit Ibunya tenang dan kemudian Ibunya menyuruh Putri dan Viona pulang karena hari telah larut. Putri berjajni akan dating pagi-pagi sekali. Ibunya menjaga Rafi seorang diri.
       Pagi-pagi sekali Putri datang dan langsung masuk keruangan Rafi dirawat karena pintu tak terkunci. Rafi dan Ibunya masih tertidur pulas. Tak lama Ibunya bangun dan kaget kenapa ada Putri didalam ruangan itu. Meraka berbicara dan Putri meminta Ibunya Rafi unutk pulang beristirahat dan dia menggantikan untuk menjaga Rafi. Ibunya sangat berterima kasih akan hal itu.
       Putri menjaga Rafi seorang diri, ia menghadapi dilena dalam hatinya. Apakah aku harus mencintai Rafi Oh….Tuhan, kenapa aku cemas akan keadaanya, Pikirnya dalam hati. Rafi membuka mata dan memanggil nama Putri, Putri menjawab, aku disini Rafi, aku disampingmu, katanya. Rafi nampak tak percaya.
                    “Putri, ini betulan kamu, akau ngak mimpi kan? Atau aku sudah mati?” kata Rafi.
                    “Tidak Rafi, aku benar Putri dan kamu belum mati,
                    Aku disampingmu,” Jawab Putri.
Setelah itu Rafi berkata, “ia ingin makan dan dengan lembut Putri menyuapi Rafi.”
       Malam hari Ibu Rafi datang Ke RSU untuk menjaga Rafi dan Putri pun pulang kerumah.
      Sesampainya dirumah Putri menceritakan semuanya kepada Viona dan nampaknya ia mulai jatuh hati kepada Rafi yang umurnya 8 tahun dibawahnya. Semuanya nampak tak masuk akal bagi Viona tapi Putri tetap percaya pada hatinya yang berkata. Ia mulai jatuh hati kepada Rafi, setelah Rafi memberikan sebuah kertas kepada Putri sesaat sebelum ia pulang kertas itu bertulisan puisi yang berbunyi:
                               
Saat ku sambut hari, engkau ada dalam hatiku
                               Saat ku larut dam\lam senja, engkau ada dalam hatiku
                               Saat ku berbunyi dalam mimpi, engkau ada dalam hatiku.

Esok paginya Putri datang lagi untuk menjaga Rafi, bergantian dengan Ibu Rafi ia merasa telah tak tanggung lagi dengan Rafi. Setelah seharian kemarin bersama. Dengan lembut ia menyapa Rafi dan melayPutri kebutuhan Rafi. Memang terasa seperti seorang kakak menghadapi adiknya tapi ternyata Putri mulai benar-benar jatuh hati kepada Rafi dengan keseriusan Rafi mencintai dirinya
      Sore hari Rafi meminta Putri unutk membawahnya kepantai dimana mereka pertama kali bertemu. Awalnya Putri tak bersedia tapi Rafi memaksa Akhirnya ia pun luluh hatinya. Dengan hati-hati Putri membawa Rafi Lari dari rumah sakit dengan kursi roda menuju pantai yang tak jauh jaraknya dari rumah sakit itu.
      Tak lam berjalan Putri sampai dipantai dengan Rafi yang didorongnya dengan kursi roda. Mereka menuju ujung jembatan tempat mereka bertemu.
Sore itu pantai nampak sempurna, angina sepoi-sepoi berhembus, ombak yang tenang, dan langit yang mulai merah. Rafi beranjak dari kursi rodanya untuk berdiri. Ia mengucapkan banyak terima kasih kepada Putri yang dengan tulus menjaganya di RSU dan menolongnya untuk lari dari RSU menuju pantai ini.
    Langit semakin memerah dan nampak beberapa binatang mulai terbang dari tidurnya. Rafi menggenggam tangan Putri sekuatnya dan berkata,
                  “sebelum aku mati, aku ingin kamu tahu bahwa aku sayang sama kamu . perasaan ini                           muncul tiba-tiba saat aku memegang syal merah kamu yang terjatuh di jembatan,” kata Rafi.
                  “tidak Rafi, kau tak akan mati.”
                  Sela Putri.
                  “tidak, tolong dengarkan beberapa kalimat terkhir yang kau ucapkan,” sambung Rafi.
                  “Sela Putri, jika kau mampu menghilang setiap jiwa dalam hidupku kau akan tahu beberapa                      besar rasa sayangku padamu.
                   Dan maukah engkau menjadi putri pertama dan terakhir buat ku,”
                   Kata Rafi lagi.
                  “Sebenarnya aku tahu, akan sangat lucu hal ini terdengar. Kau adalah anak SMA kelas 3                         umurmu 17 tahun. Dan aku mahasiswa berumur 25 tahun. Tapi sejak hari yang lalu tiba-tiba                   aku pun merasa jatuh hati padamu”
                  Jawab Putri.
      Rafi serasa tak percaya mendengar jawaban yang keluar dari bibir Putri, ia langsung memeluk Putri dengan eratnya. Lama pelukan itu terjadi. Dengan desir ombak yang menepis pantai, dengan lembutnya Rafi memegang wajah Putri dan mencium Putri dengan sepenuh cintanya, Putri membalas ciuman itu dan senja terasa sangat sempurna bagi keduanya.
     Tapi ternyatah kesempurnaan itu hanya sesaat, setelah ciuman mPutris itu terlepas Rafi jatuh tersungkur. Dan Putri seraya menangis dan meletakkan kepala Rafi dalam pangkuannjya sambil mencoba untuk membangunkan Rafi Putri menggoyangkan tubuh Rafi tapi Rafi tetap tak jugs terbangun. Putri mengelap kening Rafi dan memeluk sambil menangis-nangis. Putri seperti tak bisa menerima Rafi yang baru sesaat ada untuk mengisi hatinya, tak akan ada lagi karena dia telah pergi. Kesempurnaan yang dirasakannya hanya akan menjadi kenangan baginya walaupun hanya sesaat Rafi telah pergi dan tak akan kembali.


Diilahi dari mimpi yang kudapatkan tengah hari dalam tidurku
Read More...

Bookmark and Share
Template by:
Usmanku8